Minggu, 01 Januari 2017

ANASILISA FILM SOE HOK GIE



ANALISA FILM SOE HOK GIE
SINOPSIS :
Film sebagai media komunikasi massa, merupakan representasi dari kehidupan masyarakat. Film dapat menggambarkan berbagai dimensi-dimensi kehidupan masyarakat, tak terkecuali penggambaran sosok pahlawan Indonesia. Film SOE HOK GIE merupakan salah satu film yang sarat akan makna kepahlawanan seorang SOE HOK GIE. Krisis kepahlawan pasca Kemerdekaan, menjadikan film ini sangat menarik untuk dianalisis. Maka, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengungkap makna kepahlawanan seorang SOE HOK GIE dalam film ini. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui bagaimana kepahlawanan SOE HOK GIE  digambarkan dan apa makna kepahlawanan SOE HOK GIE dalam film Gie. Banyak Peneliti memfokuskan analisis pada kepahlawanan SOE HOK GIE yang terdapat dalam film ini.
Film ini berkisah tentang Sang Demonstran yang segala Pemikiran, Pendapat, dan Gugatan yang gencar ia lancarkan berpengaruh bagi orang-orang di sekitarnya, terutama bagi Bangsa Indonesia yang pada saat itu dilanda krisis dan berbagai masalah yang berkecamuk di mana-mana. Pemuda bernama lengkap Soe Hok Gie ini adalah seorang yang berpendirian kuat, pendiam tapi kritis, tidak mudah terpengaruh oleh siapapun, dia adalah seorang pemuda yang bercita-cita akan merubah negeri yang semakin kacau ini, negeri yang di dalamnya terdapat ketidakadilan yang merambah dimana-mana, menjadi Negara yang betul-betul dapat mewujudkan Keadilan, Persatuan, Keamanan, dan Kesejahteraan yang terkandung dalam bait-bait Pancasila bagi rakyatnya. Dia dikenal sebagai pemuda yang kritis dalam melihat ketidakadilan di negeri ini, terutama pada masa Pemerintahan Soekarno.
Soe Hok Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang tidak begitu kaya dan berdomisili di Jakarta. Sejak remaja, Hok Gie sudah mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh intelek-intelek kelas dunia. Semangat pejuangnya, setiakawannya, dan hatinya yang dipenuhi kepedulian sejati akan orang lain dan tanah airnya membaur di dalam diri Hok Gie kecil dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Semangat ini sering salah dimengerti orang lain. Bahkan sahabat-sahabat Hok Gie, Tan Tjin Han dan Herman Lantang bertanya "Untuk apa semua perlawanan ini?". Pertanyaan ini dengan kalem dijawab Soe dengan penjelasan akan kesadarannya bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontaklah caranya. Semboyan Soe Hok Gie yang mengesankan berbunyi, "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan."

Masa remaja dan kuliah Hok Gie dijalani di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno, yang ditandai dengan konflik antara militer dengan PKI. Soe dan teman-temannya bersikeras bahwa mereka tidak memihak golongan manapun. Meskipun Hok Gie menghormati Sukarno sebagai founding father negara Indonesia, Hok Gie begitu membenci pemerintahan Ir. Soekarno yang diktator dan menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak. Hok Gie tahu banyak tentang ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kedaulatan, dan korupsi di bawah pemerintahan Sukarno, dan dengan tegas bersuara menulis kritikan-kritikan yang tajam di media. Soe juga sangat membenci bagaimana banyak mahasiswa berkedudukan senat janji-janji manisnya hanya omong kosong belaka yang mengedoki usaha mereka memperalat situasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi. Penentangan ini memenangkan banyak simpati bagi Hok Gie, tetapi juga memprovokasikan banyak musuh. Banyak interest group berusaha melobi Soe untuk mendukung kampanyenya, sementara musuh-musuh Hok Gie bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk mengintimidasi dirinya.

Tan Tjin Han, teman kecil Hok Gie, sudah lama mengagumi keuletan dan keberanian Soe Hok Gie, namun dirinya sendiri tidak memiliki semangat pejuang yang sama. Dalam usia berkepala dua, kedua lelaki dipertemukan kembali meski hanya sebentar. Hok Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat PKI tetapi tidak tahu konsekuensi apa yang sebenarnya menantinya. Hok Gie mendesak Tan untuk menanggalkan segala ikatan dengan PKI dan bersembunyi, tetapi Tan tidak menerima desakan tersebut.

Hok Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, menikmati kesenian-kesenian tradisional, dan menghadiri pesta-pesta.

Film Gie adalah penggambaran HAM pada masa Soekarno. Film ini menunjukkan bagaimana seorang mahasiswa berjuang untuk mendapatkan HAM untuk rakyat Indonesia yang pada masa itu telah diacuhkan. Dari film ini, penonton bisa melihat keadaan yang kacau pada pemerintahan Soekarno yang seringakali disembunyikan dari media massa. Dari alasan-alasan politik, pemerintahan Soekarno berhasil menutupi hal-hal buruk yang mereka lakukan dari rakyat Indonesia sehingga sampai sekarang pun masih tidak jelas keadaan pada masa pemerintahan Soekarno. Ini membuktikan bahwa sampai sekarang pun masih ada cencorship yang menyembunyikan kebenaran dari rakyat Indonesia. Film ini menunjukkan sekilas apa yang terjadi pada masa pemerintahan Soekarno. Film ini juga telah memenangkan tiga penghargaan dan salah satunya adalah untuk film terbaik. Film ini sangat direkomendasikan untuk melihat sejarah Indonesia dan keadan ketika Soekarno menjadi presiden.

KELEBIHAN :

Film ini merupakan film yang bagus sebagai materi pelajaran sejarah, dan juga bagi orang-orang yang tertarik dengan ilmu politik. Pada film ini, sosok Gie merupakan sosok yang berani mengemukakan pendapatnya dan hal-hal yang diyakininya, walau dia tahu bahwa tidak semua orang sependapat dengannya. Hal ini dapat mengajarkan kita untuk berani mengemukakan pendapat kita tanpa rasa takut dan dibayang-bayangi oleh pemikiran dan pendapat orang lain.
Selain itu, Film ini juga mempunyai kelebihan yang sangat penting  mempunyai banyak penghargaan di antaranya :
- Piala Citra - Film Bioskop Terbaik.
- Piala Citra - Pemeran Utama Pria Terbaik (Nicholas Saputra).
- Piala Citra - Pengarah Sinematografi Terbaik.


Dengan Set design-nya yang berhasil menampilkan suasana pada tahun 1960-an yang terlihat nyata dan sangat tradisional. Dengan memakai lagu-lagu yang terkenal pada tahun 1960-an, terlihat jelas kalau latar belakangnya adalah situasi  tahun 1960-an, seperti ketika temannya Gie menyanyikan lagu “Donna Donna Donna”. Selain ini, masih ada banyak kelebihan dari film tersebut.  Kelebihan Alur maju yang di bawa dalam film ini membuat penonton tidak pusing. Actor Nicolas Saputra yang berperan sebagai Soe Hok Gie dalam film ini menjadikan film ini banyak ditonton oleh penggemarnya. Lagu-lagu  yang terkenal di tahun 1960 yang digunakan dalam film ini juga menjadi daya tarik film ini. Kata-kata yang di gunakan dalam monolog pemeran membuat penonton lebih menghayati filmnya dan membuat banyak makna dan pelajaran yang bisa menjadi daya tariknya sendiri. Film sejarah yang mengaitkan politik dan ekonomi ini tidak membosankan karena di bumbui dengan cerita cinta remaja yang tentunya mempunyai konflik tersendiri yang tidak jauh dengan jaman sekarang.
KEKURANGAN :

Jika anda membaca Catatan Seorang Demonstran tentu anda berharap adegan-adegan demonstrasi yang dimotori oleh Gie dan sahabat-sahabatnya, bahkan cukup detil dituliskan dalam catatan hariannya. Memang tidak banyak ditunjukkan dan saya sempat berpikir bahwa film ini akan menyodorkan bagaimana proses sebuah demonstrasi mahasiswa disiapkan secara teknis dan nonteknisnya, saya tak berharap ada adegan demonstrasi kolosal yang mahal. Di sisi lain kegiatan hobinya naik gunung kurang ditunjukkan, sebab saya ingin tahu pada tahun itu seperti apa mereka menyiapkan peralatan naik gunung yang tentunya tak mudah didapatkan seperti sekarang, dan hal ini ada penjelasannya di buku CSD. Kekurangannya seperti ketidakjelasannya kematian Soe Hok Gie dan keanehan pada beberapa bagian dari filmnya. Ketika Soe Hok Gie mendaki gunung untuk terakhir kalinya, seharusnya ia bersama teman-temannya. Tetapi, di film tersebut ia hanya sendiri. Di bagian ahkir filmnya, temannya Gie juga mempunyai surat yang ditulis untuk Ira, teman perempuannya Gie. Bagaimana temannya bisa mempunyai surat terahkir dari Gie jika ia tidak bersama dengan Gie ketika ia meninggal? Ini adalah keanehan dari film tersebut. Walaupun tidak mengubah inti dari cerita, penonton yang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya terjadi akan bingung karena tidak dijelaskan mengapa temannya Gie bisa mempunyai surat terahkirnya jika ia tidak mendaki gunung bersamanya. Satu yang kurang dari film ini adalah Gie pernah melakukan perjalanan ke luar negeri yaitu ke Amerika dan ke Australia di tahun 1968, setahun sebelum Mapala UI menyiapkan pendakian ke puncak tertinggi di pulau Jawa yaitu gunung Semeru, namun tidak ada deskripsi atau adegan tentang hal ini, memang cukup mengecewakan, namun bisa dimengerti jika alasannya adalah sulit dan mahalnya pengambilan gambar. Salah satu catatannya selama ke Australia adalah piringan hitam Joan Baez-nya ditahan di bandara. Di waktu sebelumnya Sita menyanyikan lagu Donna Donna Donna dengan apik, bahkan cukup menyayat hati mendengar kembali lagu tersebut di film Gie.
            Satu lagi kekurangannya, dalam Segi p
encahayaan , suara dan music yang tidak seimbang membuat film ini sulit dipahami apalagi terlihat ketika monolog si tokoh seringkali di iringi music yang keras yang malah mendominasi adegan dalam film itu sehingga suara si tokoh pun tidak terdengar. Di film Gie banyak kekurangan dan kelebihan akting para aktor dan aktris. Seperti pada saat Gie sedang mengajukan pernyataan di UI dan tiba tiba di potong oleh salah satu mahasiswa yang menyebabkan perkelahian yang juga di berhentikan pada saat itu juga. Gerakan para aktor dan aktris di bagian itu sangatlah over-acting, yang seharusnya terlihat natural jadi terlihat seperti sangat dibuat-buat. Tidak di deskripsikannya pemeran secara jelas membuat penonton bingung menentukan dan mengikuti jalan ceritanya , seperti ayahnya yang tidak pernah bicara dan terkesan diam membuat penonton bingung apa yang terjadi pada ayahnya. Juga kepergian sahabatnya Han sewaktu kecil yang entah kemana membuat penonton banyak bertanya-tanya kemana hendak dia pergi. Hal ini mengganggu alur cerita dan konsentrasi dari penonton sehingga dapat mengurangi pemahaman penonton akan alur cerita, dan membuat cerita pada film ini seakan-akan memiliki alur yang tidak rapi. Maka dari itu, ini adalah kekurangan karena film ini kurang tepat pada fakta yang sebenarnya terjadi dan mengakibatkan keanehan pada akhirnya.

REKOMENDASI DAN KONTRIBUSI FILM TERHADAP STUDI ILMU POLITIK :
            Tanpa memperhatikan kekurangannya, film ini sangat direkomendasikan dan bagus untuk ditonton oleh masyarakat khususnya yang tertarik dengan ilmu politik, ilmu sejarah dan biografi tokoh penting dalam sejarah. Dalam film Gie , kontribusi film terhadap studi ilmu politik adalah bahwa dalam politik pada masa dulu dan sekarang tidak jauh berbeda , syarat akan perebutan kekuasaan, di warnai adanya korupsi pemerintahan yang dictator dan sikap mementingkan diri sendiri dari aparat pemerintah tersebut.
            Film ini membuka mata dan pikiran  kita bahwa selama kita kuat , selama kita mampu berjuang , selama kita berdiri tegak , selama kita siap menegakkan kebenaran , selama kita benar , taka da salahnya kita melakukan gerakan gerakan perubahan yang berdasarkan pemikiran-pemikiran yang logis dan sesuai dengan fakta, demi menegakkan politik di Indonesia yang bersih dan transparan, seperti yang di lakukan oleh Soe Hok Gie dalam filmnya di sutradarai oleh Riry itu.
            Untuk menegakkan politik yang bersih dan sesuai dengan  ilmu politik dan tata hokum di Indonesia maka dalam film itu pula Gie banyak membaca membaca dan membaca sehingga dia menemukan banyak sekali informasi juga banyak pelajaran dan argument-argument sehingga menguatkan dia ketika dia akan beropini dalam media massa maupun dalam suatu ormas , untuk itu membaca pula kunci kesuksesan karena apabila kita tidak membaca, mana mungkin kita bisa membuka jendela dunia.
Kondisi Sosial:
Kesejahteraan masyarakat yang rendah sehingga banyak masyarakat yang mengalami kemiskinan.
Masyarakat berani mengutarakan pendapatnya
Kondisi Politik:
Munculnya gerakan mahasiswa yang bersifat revolusioner
Munculnya oragnisasi yang mewakili kepentingan golongan tertentu
Pemerintahan yang tidak stabil (munculnya banyak pemberontakan)
Kondisi Budaya:
Unsur budaya tidak terlalu dominan
Pakaian yang digunakan sopan, (wanita menggunakan kebaya.

Kesimpulan:
Soe Hok Gie adalah seorang aktifis yang sangat terkenal karena kritikannya yang tajam terhadap pemerintahan Soekarno. Berdasarkan teori behaviorisme, perilaku Gie tersebut banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Perilaku kritis Soe Hok Gie memang patut kita contoh, namun perilaku tersebut jangan berlebihan sehingga dapat merugikan. , film Gie secara keseluruhannya menarik sekali dan sesuai ditonton oleh semua. Ia dapat membantu penonton dari negara luar belajar sedikit tentang sejarah Indonesia dengan cara yang santai dan menarik. Selain itu, dalam Film “SOE HOK GIE” Gie tidak suka dengan organisasi, Gie ingin melihat mahasiswa jika mengambil keputusan yang mempunyai arti politis didasari prinsip yang dewasa benar benar salah salah. Tidak mengatakan benar atas nama agama ormas atau golongan apapun. Cara kebijakan pemerintahan bertentangan bahkan menindas rakyat dengan asas kerakyatan, kebijaksanaan, dan musyawarah. Demokrasi terpimpin hanya sebagai topeng untuk menindas demokrasi itu sendiri. Kita punya pemimpin, yang diakui sebagai founding father, bukan berarti punya kekuasaan absolut untuk menentukan hidup, nasib kita. Apalagi kita sadar adanya penyelewengan dan ketidakadilan. Kalau hanya menunggu dan menerima nasib, kita tidak pernah tau kesempatan yang ada di hidup ini. sederhananya Gie hanya ingin perubahan, supaya hidup lebih baik. Aku tak mau pengenal, aku pengen jadi pohon yang jadi penantang angin. Dalam usahanya membuat kenaikan harga, sasarannya rakyat supaya tidak memikirkan rakyat, mereka hanya mikirkan perut. Kammi akan turun ke jalan dengan tiga tuntutan: 1. Bubarkan PKI 2. Ganti menteri-menteri yang berbau PKI 3. Kembali kepada Pancasila Lebih baik mahasiswa yang bergerak. “Gie, kamu kotor sekali, bau lagi. Kadang mama berfikir, untuk apa kamu lakukan semua ini.” Beberapa tokoh mahasiswa melarang tiba-tiba punya mobil bagus, bahkan beberapa di antara mereka memperkaya diri secara tidak halal dengan kedudukan mereka. Banyak yang mengeluh Gie keras kepala, dan selalu mencari masalah. Biarlah, lebih baik diasingkan daripada menyerah karena kemunafikan. “Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan. Yang kedua, dilahirkan tapi mati muda. Yang tersial adalah yang menunggu tua.”

Tidak ada komentar: