Selasa, 16 Februari 2016

Ini Alasan Kenapa Anak Laki-Laki Lebih Dekat Dengan Ibu dan Sebaliknya

Orang tua adalah segalanya. Mereka motivasi untuk meraih kesuksesan. Mereka menjadi tumpuan yang paling setia saat kamu jatuh. Dan mereka kerap jadi alasan bagimu untuk belajar dan bekerja keras.
Kedekatanmu dengan orang tua sejak kamu masih kecil menjadi alasannya. Kedekatan itu tak perlu diragukan lagi. Namun, tahukah kamu kalau kadar atau intensitas kedekatan itu sebenarnya tak pernah sama antara ibu dan ayah? Fakta memang membuktikan bahwa kebanyakan anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, sedang anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya.
Kenapa bisa begitu? Mungkin hal-hal berikut ini mampu menjawab kerisauanmu itu.

Kedekatan itu karena perbedaan fisik

weddingbee.com

Ini Alasan Kenapa Anak Laki-Laki Lebih Dekat Dengan Ibu dan Sebaliknya

detik.com

Orang tua adalah segalanya. Mereka motivasi untuk meraih kesuksesan. Mereka menjadi tumpuan yang paling setia saat kamu jatuh. Dan mereka kerap jadi alasan bagimu untuk belajar dan bekerja keras.
Kedekatanmu dengan orang tua sejak kamu masih kecil menjadi alasannya. Kedekatan itu tak perlu diragukan lagi. Namun, tahukah kamu kalau kadar atau intensitas kedekatan itu sebenarnya tak pernah sama antara ibu dan ayah? Fakta memang membuktikan bahwa kebanyakan anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, sedang anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya.
Kenapa bisa begitu? Mungkin hal-hal berikut ini mampu menjawab kerisauanmu itu.

Kedekatan itu karena perbedaan fisik

weddingbee.com

Secara fisik laki-laki lebih bisa menjaga dari pada perempuan. Dan kebutuhan manusia untuk selalu melindungi dan dilindungi. Naluri laki-laki untuk senantiasa bisa melindungi. Nah, karena kamu yang anak laki-laki berpikir ibu lah yang lebih perlu dilindungi, kamu jadi lebih dekat dengannya.
Begitu pula anak perempuan. Anak perempuan cenderung lebih merasa aman berada di sisi ayahnya. Nalurimu sebagai anak perempuan minta untuk dijaga sepanjang waktu dan ayahmu memberikan itu.

Tak hanya fisik, sisi psikologis pun butuh saling melengkapi

digitalspy.co.uk

Secara psikologis, anak juga butuh pelengkap. Disengaja atau tidak, kamu mencari tahu sifat lawan jenis dari ayah dan ibu karena mereka yang paling dekat denganmu.
Anak berpendapat bahwa kesamaan psikologi malah bisa menjadi konflik. Perdebatan sering muncul jika anak laki-laki meminta nasehat pada ayahnya, pun sebaliknya. Ibarat logika dan perasaan, keduanya perlu seimbang.

Anak cenderung punya kriteria istri/suami sesuai Orang Tuanya


Orang tua menjadi idola bagi anaknya. Pengidolaan itu terjadi sepanjang waktu. Maka tak heran apabila kamu akhirnya berpikir kalau sifat seperti ayah atau ibumu adalah sifat yang harus ada di diri suami atau istrimu kelak. Mereka menjadi kriteria pendamping hidupmu kelak. Seiring berjalannya waktu pengidolaan dan kecenderungan kedekatan itu saling mempengaruhi.

Kedekatan juga bisa karena dimanja


Kalau dilihat dari sisi orang tua, mereka cenderung memanja anak yang berlawanan jenis. Jika anak perempuan diajari mencuci dan menjahit oleh ibunya, anak laki-laki sering dimanja. Bagitu pula sebaliknya. Bersama sang ayah, anak perempuan lebih banyak dimanja karena tak mungkin mengajarinya pekerjaan laki-laki.

Kedekatan bisa jadi sebuah pembuktian si anak dalam situsi tertentu


Meski kehidupan keluarga itu indah, tak jarang anak harus merasakan pahitnya broken home atau ditinggal salah satu orang tua. Anak cenderung ingin membuktikan diri bahwa mereka bisa menjadi pengganti ayah atau ibunya. Anak laki-laki bisa menggantikan peran kerja suami dan anak perempuan bisa mengurus urusan rumah tangga layaknya istri.  Karenanya kedekatan yang kuat akhirnya terbentuk. Dan inilah ada 4 fakta menarik tentang laki-laki dekat dengan ibunya dibandingkan kepada ayahnya.

4 Fakta Menarik Tentang Anak Laki-laki yang Lebih Dekat dengan Ibu


Mengapa sebutan “anak mama” lebih sering disematkan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan? Kita lebih sering menjumpai bahwa anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya dibandingkan ayahnya.
id.aliexpress.com

Teori psikoanalisa Sigmund Freud menyebutkan masa transisi dari usia balita menuju usia pra sekolah, anak akan mengembangkan ketertarikannya dengan orang tua lawan jenis. Saat ayah sedang dekat dengan ibu, maka anak laki-laki akan cemburu.
akhwatindonesia.net

Si anak takut bahwa ayahnya akan merebut kasih sayang ibunya. Kedekatan pada masa transisi ini bahkan akan terbawa hingga ia dewasa. Namun demikian ada beberapa fakta menarik mengenai anak laki-laki yang lebih dekat dengan ibunya.

1

1Perbedaan Fisik antara Anak Laki-laki dengan Ibunya


 

Seperti telah diciptakan Sang Pencipta, anak laki-laki diciptakan untuk dapat melindungi wanita. Hal ini mendorong naluri si anak untuk selalu melindungi ibunya. Dibandingkan ayahnya, tentu ibu lebih membutuhkan perlindungan dari si anak.
Naluri untuk melindungi ini juga sebagai pembuktian bahwa dia bisa menjadi seperti ayahnya.

Perbedaan Psikologi antara Anak Laki-laki dengan Ibunya


Secara psikologis anak laki-laki akan melampiaskan rasa ingin tahunya tentang perempuan kepada ibunya. Anak laki-laki akan lebih nyaman bercerita tentang hidupnya kepada ibu dibandingkan ayahnya.
Hal ini disebabkan oleh psikologi yang sama dengan ayah justru berpotensi menimbulkan konflik.
Fakta yang telah diketahui bahwa laki-laki lebih mengedepankan logika, sedangkan lebih mengedepankan perasaan. Si anak laki-laki membutuhkan pelengkap dari logikanya oleh perasaan sang ibu.

SEORANG IBU HARUS LEBIH MEMAHAMI KARAKTER ANAK LAKI-LAKI

Anak laki-laki memiliki perbedaan dengan anak perempuan. Perbedaan ada pada segi fisik, psikologis, dan fungsi. Untuk berinteraksi dengan anak laki-laki maupun anak perempuan, seorang ibu harus memahami masing-masing karakteristiknya sehingga interaksi bisa berlangsung dengan baik. 

Secara umum, anak laki-laki memiliki sifat lebih dominan, selain itu juga lebih agresif karena memiliki keingintahuan yang tinggi. Bahkan anak laki-laki lebih menyukai aktivitas yang penuh tantangan dan tidak jarang yang justru cenderung menjurus bahaya. Hal ini didorong kerena rasa penasaran yang tinggi pada anak laki-laki. 

Dari segi psikologis, anak laki-laki cenderung lebih terbuka. Si kecil akan sering bertanya pada Anda tentang apa saja yang dilihat di sekelilingnya. Jika jagoan Anda bertanya, usahakan untuk selalu bisamenjawab dalam perspektif logika yang bisa diterima anak. Jadikan momentum ini sebagai media untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara sehat. Jangan pernah menghindar dari pertanyaan, apalagi sampai marah-marah. Gunakan bahasa yang diterima logaika anak saat memberikan penjelasan sehingga anak bisa menerima dan memahami penjelasan Anda. 

Anak laki-laki juga cenderung ingin selalu menjadi objek perhatian. Dia akan selalu melakukan aktivitas agar orang lain memperhatikannya. Saat sedang sibuk membersihkan rumah, si kecil juga biasanya ikut sibuk dengan ingin terlibat pada pekerjaan yang Anda lakukan. Memang hal ini sering membuat kita merasa kesal dan jengkel. Sebenarnya apa dia lakukan hanya untuk menarik perhatian Anda, oleh karena itu tidak heran jika ia tetap melakukannya sekalipun sudah berkali-kali dilarang. 

Banyak ibu yang berharap anak laki-lakinya akan tumbuh menjadi sosok pria yang kuat dan tegar dalam menghadapi hidup. Oleh karenanya, selalu memberi motovasi adalah suatu keharusan yang tidak bisa diabaikan. Sekalipun memiliki tingkat aktivitas yang tinggi karena rasa keingintahuannya itu, tapi bagaimana pun, tetap ada saat-saat dimana dia mengalami kejenuhan, bahkan terkadang disertai uring-uringan saat sedang bermain dan tidak bisa menyelesaikan apa yang sedang ada dalam pikirannya. Pada saat itulah, seorang ibu harus memberikan motivasi untuk tidak menyerah. Cobalah untuk berpikir dari sisi dunia anak, maka Anda akan memahami bagaimana kesalnya si kecil.

Kedekatan karena Dimanja oleh Ibunya

Sering kita melihat episode kehidupan dimana si anak laki-laki dimarahi oleh ayahnya karena membolos sekolah ataupun mendapat nilai yang jelek. Namun ibu hanya diam tanpa ikut andi memarahi si anak.
Setelah ayah puas marah-marah, maka ibu akan mendekati si anak dan mengelus rambutnya kemudian memeluk dan menenangkannya. Lebih parah lagi bahkan mungkin ada ibu berbohong kepada suaminya untuk menutup kesalahan si anak laki-laki.
Ibu rela menanggung resiko dimarahi suaminya apabila kebohongannya terungkap. Kedekatan si anak laki-laki dipengaruhi dari perlakuan sang ibu. Ketika masih kecil, ibu biasanya lebih memanjakan anak laki-laki dibandingkan anak perempuannya.
Hal ini akan memberikan timbal balik pada si anak laki-laki dimasa dewasanya

Bila Kasih Sayang Kurang

Jangan sering-sering memeluk anak, nanti dia bisa menjajah orangtuanya. Jangan sering-sering mencium anak, nanti dia jadi manja. Bayi jangan sering-sering dipeluk atau digendong, taruh saja di tempat tidur biar tidak ‘bau tangan’.
Itulah keyakinan sebagian masyarakat kita. Mereka menyakini kalau perhatian yang lebih atau kasih sayang yang berlebihan pada anak akan berdampak negatif dikemudian hari, sehingga tak jarang ibu-ibu merasa harus sedikit ‘menjauh’ dari kemanjaan anak.
Kekhawatiran ini wajar saja karena kalau anak dimanja dan disayangi secara berlebihan bisa berefek negatif. Misalnya anak jadi penakut, kuper dan lain sebagainya atau bahasa umumnya ‘anak mama’. Akan tetapi kalau kemudian orang tua menjauh dari anak sebagai langkah hati-hati dan antisipasi, akan berdampak buruk juga pada jiwa sang anak.
Kedekatan orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Secara khusus Rasulullah telah memberikan arahan akan pentingnya kasih sayang yang cukup dari orang tua ke anak. Rasulullah bersabda, “Muliakan anak-anakmu, dan didiklah mereka dengan ahlak yang baik.” (HR. Ibnu Majah/Minhajus Shalihin)
Manfaat Kedekatan Orang Tua
Manfaat kedekatan ini sangat besar bagi anak, diantaranya:
– Menumbuhkan rasa percaya diri
Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya berharga bagi orang lain. Jaminan adanya perhatian orang tua yang stabil, membuat anak belajar percaya pada orang lain.
– Menumbuhkan kemampuan membina hubungan yang hangat
Hubungan yang diperoleh anak dari orang tua, menjadi pelajaran baginya untuk kelak diterapkan dalam kehidupannya setelah dewasa. Kasih sayang yang hangat, menjadi tolak ukur dalam membentuk hubungan dengan teman hidup dan sesamanya. Namun hubungan yang buruk menjadi pengalaman yang traumatis baginya, sehingga menghalangi kemampuan membina hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain.
– Menumbuhkan semangat mengasihi sesama dan peduli pada orang lain
Anak yang tumbuh dalam hubungan kasih sayang yang hangat, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, membantu kesusahan orang lain menjadi kebutuhannya.
– Melatih disiplin
Kasih sayang orang tua terhadap anak, membuat orang tua dapat lebih memahami anak. Sehingga orang tua lebih mudah memberikan arahansecara proposional, empati, penuh kesabaran dan pengertian yang dalam. Anak juga akan belajar mengembangkan kesadaran diri, dari sikap orang tua yang menghargai anak. Sikap menghukum hanya akan menyakiti harga diri anak dan tidak mendorong kesadaran diri. Anak patuh karena takut.
– Berpengaruh pada pertumbuhan intelektual dan psikologis
Bentuk kasih sayang yang terjalin, kelak mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual dan kongnitif serta perkembangan psikologis anak.
Dampak Kurang Kasih Sayang
Dampak yang dirasakan seorang anak yang kurang kasih sayang menurut ahli psikologi sangat rentan terjadi pada anak yang berumur sekitar 2 tahun. Pada masa ini traumatis anak karena merasa diabaikan oleh orang tuanya mampu membekas dalam dirinya sampai dewasa kelak. Anak-anak yang kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi akibat problem kasih sayang, berpotensi mengalami masalah intelektual, masalah emosional dan masalah moral sosial di kemudian hari.
Berikut di antara dampak negatif anak kurang kasih sayang dari orang tuanya:
1. Dalam masalah intelektual
– Mempengaruhi kemampuan pikir seperti halnya memahami proses ‘sebab-akibat’.
Ketidakstabilan atau ketidakkonsistenan sikap orang tua, mempersulit anak melihat hubungan sebab akibat dari perilakunya dengan sikap orang tua yang diterimanya. Dampaknya akan meluas pada kemampuannya dalam memahami kejadian atau peristiwa-peristiwa lain yang dialami sehari-hari. Akibatnya, anak jadi sulit belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya.
– Kesulitan belajar
Kurangnya kasih sayang dengan orang tua, membuat anak lamban dalam memahami, baik itu instruksi maupun pola-pola yang seharusnya bisa dipelajari dari perlakuan orang tua terhadapnya, atau kebiasaan yang dilihat/dirasakannya.
– Sulit mengendalikan dorongan
Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, membuat anak sulit menemukan kepuasan atas situasi/perlakuan yang diterimanya, meski bersifat positif. Ia akan terdorong untuk selalu mencari dan mendapatkan perhatian orang lain. Untuk itu, ia berusaha sekuat tenaga, dengan caranya sendiri untuk mendapatkan jaminan bahwa dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
2. Dalam masalah emosional
– Gangguan bicara
Menurut sebuah hasil penelitian, problem kasih sayang yang dialami anak sejak usia dini, dapat mempengaruhi kemampuan bicaranya. Dalam dunia, psikologi, hingga usia 2 tahun dikatakan sebagai masa oral. Pada masa ini anak mendapatkan kepuasan melalui mulut (menghisap-mengunyah makanan dan minuman). Oleh sebab itulah, proses menyusui merupakan proses yang amat penting untuk membangun rasa aman yang didapat dari pelukan dan kehangatan tubuh sang ibu.
Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan kurang percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya. Atau kurangnya kasih saying tersebut membuat anak berpikir bahwa orang tua tidak mau memperhatikannya sehingga ia lebih banyak menahan diri. Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa mengungkapkan diri, berbicara atau mengekspresikan diri lewat kata-katanya. Perlu diketahui, melalui komunikasi yang hangat seorang ibu terhadap bayinya, lebih memacu perkembangan kemampuan bicara anak karena si anak terpacu untuk merespon kata-kata ibunya.
– Gangguan pola makan
Ada banyak orang tua yang kurang reponsif/ kurang tanggap terhadap tangisan bayinya. Mereka takut jika terlalu menuruti tangisan bayinya, kelak ia akan jadi anak manja dan menjajah orang tua. Padahal, tangisan seorang bayi adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan adanya kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau haus.
– Perkembangan konsep diri yang negatif
Ketiadaan perhatian orang tua, sering mendorong anak membangun image bahwa dirinya mandiri dan mampu hidup tanpa bantuan siapa pun, image itu berusaha keras ditampilkan untuk menutupi kenyataan yang sebenarnya. Padahal, dalam dirinya tersimpan ketakutan, rasa kecewa, marah, sakit hat terhadap orang tua, sementara ia juga menyimpan presepsi yang buruk terhadap diri sendiri. Ia merasa tidak diperhatikan, merasa disingkirkan, merasa tidak berharga sehingga orang tua tidak mau mendekat padanya- dan, memang ia juga merasa tidak ingin didekati. Tanpa sadar semua perasaan itu diekspresikan melalui tingkah laku yang aneh-aneh, yang orang menyebutnya ‘nakal’, ‘liar’, ‘menyimpang’. Mereka juga terlihat suka menuntut secara berlebihan, suka mencari perhatian dengan cara-cara yang negatif.
– Sulit membedakan sesuatu
Anak akan sulit melihat mana yang baik dan tidak, yang boleh dan tidak boleh, yang penting dan kurang penting, dari keberadaan orang tua yang juga tidak bisa menjamin ada tiadanya, yang tidak dapat memberikan patokan moral dan norma karena mereka mengalami kesulitan dengan dirinya sendiri.
Tidak jarang anak-anak tersebut memunculkan sikap dan tindakan seperti: suka berbohong(yang sudah tidak wajar), mencuri(karena ingin mendapatkan keinginannya), suka merusak dan menyakiti(baik diri sendiri maupun orang lain), dan menurut sebuah penelitian, mereka cenderung tertarik pada darah, api dan benda tajam.
Bagaimana Mendekati Anak
Agar anak tidak merasa jauh dari orang tua maka kedekatan anatar orang tua dan anak harus senantiasa dibangun. Untuk membangun hal itu, sebagai orang tua anda harus melakukan sesuatu. Faktor orang tua menjadi penentu dalam hal ini. Berikut beberapa perkara yang bisa dijadikan arahan untuk membangun kedekatan anda dengan anak:
1. Kesiapan mental untuk menjadi orang tua
Memiliki anak membawa implikasi yang luas, tidak hanya merubah peran dari suami/istri,menjadi seorang ayah/ibu. Ada komitmen dan tanggung jawab yang harus disadari dan dijalankan. Oleh sebab itu, perlu hati dan pikiran yang tenang untuk menjalani proses menjadi orang tua. Selain itu, kesiapan mental juga diperlukan, terutama untuk menghindari konflik dan ketegangan yang bisa muncul di antara suami-istri akibat perubahan yang terjadi.
2. Ciptakan komunikasi yang hangat sejak dini
Berkomunikasi dengan anak tidak dimulai sejak anak lahir, melainkan sejak ia dalam kandungan. Sejak itu proses kasih sayang pun dimulai. Berbicaralah kepadanya meski ia masih belum tampak secara lahiriah. Sapalah dia, senyumlah untuknya dan pertahankan kestabilan emosi.
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa seorang anak bisa memahami apa yang terjadi dalam diri sang ibu meski ia belum lahir. Hal itu bisa dibuktikan dari munculnya kecenderungan tertentu yang ada pada anak, misalnya pencemas, super sensitif atau pemarah- dihubungkan dengan persoalan yang sedang dihadapi sang ibu pada masa dan pasca kehamilannya.
3. Upayakan program menyusui
Proses menyusui, bukan hanya sekedar memberikan ASI yang berkualitas. Namun menyusui merupakan proses yang melibatkan dua belah pihak, bahkan tiga belah pihak: suami, istri dan anak. Kegiatan menyusui merupakan momen yang ideal untuk membangun kontak batin yang erat, melalui kelekatan fisik dan kontak mata yang insentif. Proses ini membutuhkan hati yang tenang dan penuh kasih, karena produksi ASI akan terpengaruh oleh factor fisik dan emosional.
4. Tanggapailah tangisan bayi/anak secara positif
Melalui tangisan seorang bayi dapat mengkomunikasikan ketakutannya, kelaparan, kehausan, keinginannya akan kehangatan, keinginannya untuk dibelai, rasa tidak enak, kedinginan, kepanasan, dan rasa tidak enak yang lain. Bayi adalah mahluk paling tidak berdaya dan tidak berdosa, serta tidak punya maksud buruk. Jadi, tangisannya adalah murni muncul dari kebutuhannya. Bayangkan, jika orang tua menunda respon terhadap ketakutannya, maka bayi akan merasa frustasi.
5. Upayakan kebersamaan dalam keluarga inti
Banyak keluarga yang menggunakan jasa baby sitter untuk mengasuh anak. Ironisnya, ada ibu rumah tangga yang tidak bekerja, tidak mempunyai kegiatan apapun kecuali arisan, ke salon atau shopping, mempunyai banyak asisten dan pembantu. Anaknya pun sepenuhnya diurus oleh baby sitter. Tidaklah mengherankan jika kelak antara dia dengan anaknya tidak terlihat suatu kedekatan yang positif, karena anaknya lebih dekat dengan pengasuhnya. Situasi ini tidak mendorong proses perkembangan psikologis dan identitas yang sehat. Anak melihat dirinya diabaikan oleh ibunya, sementara dang ibu memperhatikan anak melalui berbagai barang dan mainan yang dibeli atau uang jajan yang berlebihan.
Kedekatan yang positif, membutuhkan kerja sama setiap anggota keluarga. Perlu disediakan waktu kebersamaan yang konsisten, dipenuhi perasaan tenang, senang dan santai, agar anak bisa merasakan senagnya kebersamaan dengan ‘abi dan ummi’. Tetapi, orang tua juga harus belajar dari anaknya, dan melihat hasil didikannya selama ini melalui sikap dan perilaku anak. Semoga bermanfaat.

Anak Laki-laki Menginginkan Istri yang Mirip dengan Ibu...

Bagi anak laki-laki, ibu adalah sosok perempuan ideal. Di masa dewasa anak akan mengidamkan sosok perempuan ideal yang mirip dengan sifat ibunya. Bukan hanya masalah kecantikan fisik, namun lebih kepada sifat-sifat kewanitaan.
Si anak laki-laki mengidamkan ia akan diperlakukan sang istri seperti sang ibu memperlakukannya. Ia akan merasa nyaman dekat dengan wanita yang mirip dengan ibunya.
Selain itu biasanya si anak laki-laki mengenalkan wanita pilihannya kepada ibunya terlebih dahulu dibandingkan ayahnya. Ia akan meminta pendapat mengenai wanita pilihannya pada ibunya. Pendapat ini  menjadi pertimbangan yang sangat diperhatikan oleh si anak laki-laki.
Ada sebuah ungkapan yang mengatakan jika kamu ingin mencari calon suami yang baik maka lihatlah bagaimana dia bersikap dengan ibunya. Jika dia menghormati dan bersikap baik terhadap ibunya, maka dia juga akan bersikap baik terhadap istrinya.
Jadi bagi anda para wanita tak perlu takut memilih laki-laki “anak mama” sebagai calon suami lagi. Asalkan laki-laki tersebut mampu bersikap tegas saat berkedudukan sebagai pemimpin keluarga.
SUMBER :
https://jihadsabili.wordpress.com/2010/12/23/bila-kasih-sayang-kurang/
http://lakoka.com/ini-alasan-kenapa-anak-laki-laki-lebih-dekat-dengan-ibu-dan-sebaliknya/
http://www.tandapagar.com/anak-laki-laki-ibu/

Tidak ada komentar: